ROI GONZALES SILALAHI: STRATEGI PEMBANGUNAN INDONESIA – STRATEGI PEMBANGUNAN DENGAN PEMERATAAN

Logo Gunadarma

Logo Gunadarma

Thursday 3 May 2012

STRATEGI PEMBANGUNAN INDONESIA – STRATEGI PEMBANGUNAN DENGAN PEMERATAAN

A.       Pemerataan Pembangunan


Hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedoman pembangunan nasional. Upaya memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang berdasarkan Pancasila diarahkan pada perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam kaitan itu, Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Selanjutnya, Pasal 27 Ayat (2) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan   yang layak bagi kemanusiaan, dan Pasal 34 menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

Selaras dengan amanat Pancasila dan UUD 1945, Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 mengarahkan agar pembangunan nasional dilaksanakan merata di seluruh tanah air dan tidak hanya untuk suatu golongan atau sebagian dari masyarakat, tetapi untuk seluruh masyarakat, serta harus benar-benar dapat dirasakan oleh seluruh rakyat sebagai perbaikan tingkat hidup yang berkeadilan sosial, yang menjadi tujuan dan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia.

Pembangunan nasional adalah pembangunan dari, oleh, dan untuk rakyat, dilaksanakan di semua aspek kehidupan bangsa yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan aspek perta¬hanan keamanan, serta merupakan kehendak seluruh bangsa untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata, untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan lahir batin termasuk terpenuhinya rasa aman, rasa tenteram, dan rasa ke-adilan bagi seluruh rakyat.

Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam pelaksanaannya, pembangunan nasional senantiasa memperhatikan asas-asas pembangunan, antara lain, bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, dan bagi pengembangan pribadi warga negara. Pembangunan nasional yang diselenggarakan sebagai usaha bersama harus merata di semua lapisan masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air, di mana setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan berperan serta dan menikmati hasilnya secara adil sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan darma baktinya yang diberikan kepada bangsa dan negara, serta menuju pada keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam perikehidupan materiil dan spiritual.

Pembangunan yang merata materiil adalah perwujudan Kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, bahwa kekayaan wilayah Nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air. Tingkat perkembangan ekonomi hams serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah dalam pengembangan kehidupan ekonomi yang berlandaskan demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila, dan mengandung kemampuan memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta memiliki kemampuan menciptakan kemandirian ekonomi nasional dengan daya saing yang tinggi dan mewujudkan kemakmuran rakyat yang adil dan merata.

Pembangunan yang merata spiritual adalah pembangunan yang merata bagi masyarakat dalam pengembangan rohani, budaya, dan rasa kesetiakawanan sosialnya, yang tercermin dalam keselarasan hubungan antara manusia dan Tuhannya, antara sesama manusia, serta antara manusia dan lingkungan alam sekitarnya. Keselarasan hubungan ini dalam pembangunan nasional merupakan perwujudan kesatuan politik dan sosial wilayah Kepulauan Nusantara, bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad untuk mencapai cita-cita bangsa. Masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang merata dan seimbang, serta ada keselarasan kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa. Rasa keadilan, keamanan, ketenteraman, dan kemajuan dari pembangunan dirasakan merata oleh seluruh rakyat sesuai dengan peran serta dan sumbangannya dalam pembangunan.


B.       Indonesia Memerlukan Strategi Pembangunan

Indonesia memerlukan strategi pembangunan baru, yang menekankan keterlibatan semua lapisan masyarakat dan mengutamakan kepentingan nasional. Pertumbuhan ekonomi Indonesia telah meningkat menjadi 6,5 persen pada kuartal ketiga tahun 2011 akan tetapi masyarakat belum juga merasakan kesejahteraan. Direktur Econit, Hendri Saparini mengatakan Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asean yang mengalami peningkatan jumlah penduduk miskin.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah orang miskin yang tinggal di Indonesia pada tahun 2011 hanya sekitar 30 juta. Namun, Bank Dunia melaporkan bahwa jumlah orang Indonesia yang bisa dikatakan untuk hidup dekat dengan garis kemiskinan sebesar 40 persen dari populasi. Mengutip data United Nations Development Program (UNDP), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia juga berada di bawah standar dunia.


"Pertumbuhan ekonomi Indonesia telah meningkat menjadi 6,5 persen pada kuartal ketiga tahun 2011 akan tetapi masyarakat belum juga merasakan kesejahteraan," kata Saparini di Malaysia dalam seminar "Optimisme Ekonomi Indonesia 2012: Antara Tekanan, Ketidakstabilan dan Ketidakadilan" yang diselenggarakan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Malaysia, hari ini.
Dalam rilis PPI Malaysia yang dikirim hari ini, Hendri juga menyampaikan adanya data yang kontradiktif dan fakta. "Dapat dimengerti bila orang mempertanyakan angka-angka BPS dan kredibilitas, serta 6,5 persen pertumbuhan diklaim oleh pemerintah. Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi secara eksklusif. Oleh karena itu, kesejahteraan masyarakat belum meningkat secara signifikan.
Tidak ada pilihan lain bagi pemerintah, untuk dengan jujur mengakui bahwa  pembangunan saat ini ekonomi negara sedang salah arah. "Indonesia memerlukan strategi pembangunan baru, yang menekankan keterlibatan semua lapisan masyarakat dan mengutamakan kepentingan nasional," tuturnya. Ketua Umum PPI Malaysia, Zulham Effendi, mengatakan kajian ini juga merupakan tahap awal pendalaman permasalahan Bangsa Indonesia, yang nanti akan dibahas pada Kongres Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) se-dunia 2012 pada tanggal 16-19 Februari 2012 di Kuala Lumpur. Pada kongres tersebut rencananya akan dihadiri sekitar 40 PPI Negara dan 10 Badan Esekutif Mahasiswa sebagai peninjau.



Penerapan kebijaksanaan pemerataan melalui delapan jalur pemerataan dalam kenyataan berkaitan dengan kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan, khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan pokok rakyat seperti pangan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Mengikuti alur delapan jalur pemerataan, di bawah ini akan diuraikan secara singkat upaya pemerataan dan penanggulangan kemiskinan dalam PJP I (Pembangunan Jangka Panjang I).
Dalam mengatasi masalah kebutuhan pangan rakyat banyak, pembangunan pertanian terutama melalui revolusi hijau di bidang pertanian tanaman pangan padi, yang dilakukan dengan pola bimbingan massal (bimas), telah berhasil meningkatkan produksi dengan laju yang mencapai dua kali lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk. Keberhasilan dalam produksi pertanian tanaman pangan yang berkelanjutan inilah yang akhirnya dapat mengantarkan bangsa Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984. Selanjutnya, keberhasilan peningkatan produksi padi melalui pola bimas itu diterapkan pula dalam mengembangkan komoditas lain seperti palawija, peternakan, perikanan, dan beberapa komoditas perkebunan.

Dalam PJP I, pembangunan perumahan, khususnya bagi golongan penduduk berpendapatan rendah juga diberi perhatian, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Pembangunan rumah layak dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Di kota-kota dan sekitarnya dibangun tipe perumahan, yaitu rumah susun. (rusun), rumah sederhana (RS), dan rumah sangat sederhana (RSS). Di perkotaan dilakukan program perbaikan kampung sedang di desa dilakukan program pemugaran perumahan. Penyediaan rumah dilengkapi dengan fasilitas lingkungan yang dibutuhkan, di antaranya jalan, sarana air bersih, listrik, dan fasilitas umum lainnya. Aspek penting dalam pemerataan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan ialah pemerataan pendidikan, terutama pendidikan dasar. Untuk memeratakan pelayanan kesehatan telah dibangun 25.223 pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan puskesmas pembantu serta pengadaan lebih dari 5.000 buah puskesmas keli¬ling bagi daerah-daerah terpencil atau daerah yang sulit dijangkau. Untuk lebih meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan, teruta¬ma pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, telah dibentuk lebih dari 241.000 pos pelayanan terpadu yang memadukan pelayanan kesehatan dengan keluarga berencana (KB).

Pembangunan yang dilaksanakan melalui program sektoral, regional, dan khusus, termasuk Inpres Bantuan Pembangunan Daerah dan Desa, di samping makin meningkatkan penyebaran investasi di berbagai sektor, juga memperluas jangkauan wilayah pembangunan dan sekaligus makin merangsang swadaya dan krea¬tivitas masyarakat di daerah. Peningkatan pembangunan daerah telah makin mendorong berkembangnya otonomi daerah secara lebih nyata, lebih dinamis, dan lebih bertanggung jawab. Dalam kaitan ini, pelaksanaan program transmigrasi dalam PJP I telah berhasil membuka lahan pertanian pangan dan komoditas pertanian lainnya, serta telah berhasil menyediakan lapangan kerja baru bagi sekitar 1,5 juta kepala keluarga (KK) dan menghidupi lebih kurang 8 juta jiwa. Dengan demikian, program transmigrasi telah mengembangkan potensi daerah, khususnya wilayah di luar Jawa dan perdesaan, sehingga memberikan sumbangan bagi upaya pemerataan pembangunan antardaerah dan sekaligus mengurangi jumlah penduduk miskin.

C.       Pemerintah Menargetkan Perumbuhan Ekonomi Tahun ini Sebesar 6,7 persen.

Pemerintah menyiapkan strategi peningkatan investasi untuk mencapai target pertumbuhan 2012 sebesar 6,7 persen, seiring melemahnya ekspor Indonesia. Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro menuturkan, peningkatan investasi dilakukan, baik pada sektor swasta maupun publik. "Misalnya melalui belanja modal. Jadi, belanja modal di APBN harus di optimalkan," ujarnya saat ditemui seusai acara seminar di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin 6 Februari 2012.


Peningkatan investasi ini, lanjutnya, diupayakan dengan memberi kepastian baiknya iklim investasi pada para investor. Aspek-aspek seperti perburuhan, kepastian hukum, kemudahan perizinan serta peningkatan insentif fiskal perlu dijaga stabilitasnya. "Intinya, kalau kita lihat FDI (investasi langsung asing)-nya masih bagus dan animo adanyainvestment grade juga masih tinggi. Ini kita manfaatkan dengan menjaga iklim investasi.
Selain investasi, tambah Bambang, pemerintah juga akan mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Pemerintah berharap, peningkatan konsumsi masyarakat menjadi enam persen pada tahun ini. Pengoptimalan sisa anggaran untuk memperbesar kuantitas proyek dan infrastruktur, lanjutnya, juga menjadi stimulus pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

D.       Ekonomi Indonesia 2012 Membaik

Peneliti dari tim Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis (P2EB) FEB UGM, Anggito Abimanyu mengatakan pertumbuhan ekonomi nasional 2012 bisa dijaga, sepanjang pemerintah bisa membuat kebijakan yang tepat terkait antisipasi lesunya ekonomi dunia, kebijakan bahan bakar minyak (BBM) dan produksi pangan. Perekonomian dunia sendiri diperkirakan lesu dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang turun dari 4% pada 2011 menjadi 3,5-4% pada 2012. Perlambatan ini akan berpengaruh pada volume perdagangan dunia yang diproyeksikan 5,8% pada 2012.
“Sebenarnya Indonesia bisa memanfaatkan tantangan krisis perekonomian dunia menjadi peluang dengan cara mengatasi permasalahan struktural yang ada,”ungkapnya saat menjelaskan outlook perekonomian 2012 dari tim P2EB di Pertamina Tower Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, hari ini. Dia menjelaskan berbagai strategi untuk menghadapi tantangan krisis ekonomi dunia, dalam hal perdagangan misalnya perlu reorientasi dan perluasan pasar ekspor ke Cina, Asia, dan pasar domestik sebagai antisipasi dampak penurunan kinerja ekspor Indonesia.


“Langkah lainnya pemerintah perlu melakukan percepatan pembahasan Undang-undang jaring pengaman sistem keuangan yang penting sebagai instrument antisipasi krisis global. Menurutnya, untuk menyerap masuknya modal jangka pendek, perlu melaksanakan IPO dan penyediaan instrumen investasi jangka panjang. Ke depan, pemerintah juga perlu mengatasi suku bunga bank yang terhitung masih tinggi jika dibandingkan dengan negara lain. Caranya melalui regulasi Bank Indonesia, menurunkan spread antara suku bunga kredit dengan deposito.
Permasalahan struktural, lanjutnya, yang perlu dibenahi yakni subsidi energi BBM yang terlalu besar yang dalam dua tahun terakhir dan listrik hingga mencapai Rp390 triliun. Bahkan diperkirakan pengeluaran subsidi energi meningkat tajam dari Rp170 triliun pada APBN 2012 menjadi Rp185 triliun. “Kebijakan yang akan diberlakukan seperti pengalihan penggunaan premium ke pertamax untuk mobil pribadi pada April 2012, jika tidak disiapkan dengan baik terutama dalam hal infrastruktur, akan berpotensi menimbulkan masalah sosial ekonomi.
Permasalahan lain, lanjutnya, yakni mengenai produksi pangan yang belum mencukupi permintaan dan manajemen distribusi pangan yang buruk. Hal ini patut diwaspadai mengingat sumbangan komoditas beras yang besar terhadap pembentukan inflasi di Indonesia. “Solusinya perlu menyediakan cadangan beras pemerintah sebesar 1,5-2 juta ton per tahun dengan anggaran APBN.

E.       Strategi Indonesia Jadi 10 Raksasa Ekonomi 2025

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), kementerian terkait, pihak swasta, dan pemerintah daerah telah memulai penyusunan Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi 2011-2025.
Program tersebut guna mendukung Indonesia menjadi kekuatan 10 besar dunia pada 2025 dan selanjutnya enam besar dunia pada 2050, dengan pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan berkeadilan. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi riil dipatok sebesar 7-8 persen per tahun secara berkelanjutan.
Master Plan ini diharapkan dapat diselesaikan pada akhir Maret 2011, dan hasilnya akan diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersamaan dengan proyek-proyek tertentu pada awal April 2011. “April akan di-launch Presiden mengenai detail proyeknya,” kata Kepala Biro Humas dan Tata Usaha Pimpinan Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Bappenas, Maruhum Batubara. Lantas, bagaimana strategi penyusunan master plan atau rencana induk tersebut? Berdasarkan paparan Bappenas, strategi penyusunan master plan meliputi tiga elemen utama:


Pertama, mengembangkan enam koridor ekonomi Indonesia. Yakni, membangun pusat-pusat pertumbuhan di setiap koridor dengan mengembangkan klaster industri dan kawasan ekonomi khusus berbasis sumber daya unggulan (komoditas). Enam koridor ekonomi tersebut adalah Sumatera, Jawa, Kalimantan-Sulawesi, Maluku Utara, Bali-NTT, dan Papua-Maluku.
Kedua, memperkuat konektivitas nasional, yang meliputi konektivitas antarpulau (moda sesuai geografis pulau). Program ini menghubungkan daerah perdesaan dengan pasar lokal, selanjutnya pedalaman dengan pusat pertumbuhan. Konektivitas antarpulau tersebut berupa sarana dan prasarana, terutama laut, untuk mendistribusikan produk ke luar dan dalam pulau serta sebagai pintu perdagangan ekonomi nasional.
Sementara itu, yang ketiga adalah konektivitas internasional, yaitu kemampuan untuk mengangkut barang dan jasa antarnegara secara cepat, murah, aman, dan dengan tingkat prediktibilitas yang tinggi.
Berdasarkan data Bappenas, konektivitas sangat diperlukan sebab lemahnya konektivitas akan menjadi salah satu penyebab disparitas. Akibatnya, ekonomi hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera. Dampak lainnya, menimbulkan ekonomi biaya tinggi, disparitas pembangunan, serta penanggulangan kemiskinan relatif lambat.




sumber :
1. google, pemerataan pembangunan (data pertama)
2. http://anggitoabimanyu.com/index.php?option=com_content&view=article&id=131:ekonomi-indonesia-2012-membaik&catid=38:media-kolom&Itemid=184
 3. http://www.indonesiaberprestasi.web.id/?p=5310
4. http://www.ppi-malaysia.org/index.php?option=com_content&view=article&id=203:pertumbuhan-ekonomi-belum-dirasakan&catid=62:berita&Itemid=237


No comments:

Post a Comment