Salah
satu kendala bagi koperasi adalah bagaimana mensosialisasikan koperasi itu
sendiri kepada masyarakat luas. Disini akan dibahas penjelasan bagaimana cara
yang tepat untuk dapat mensosialisasikan koperasi kepada masyarakat luas dan
mengapa sangat sulit bagi koperasi dalam hal mensosialisasikannya selama ini
padahal sudah banyak media yang dapat digunakan oleh koperasi. Perlu diketahui
bahwa koperasi jumlahnya sudah banyak di seluruh nusantara hanya saja dengan
jumlah yang banyak menambah biaya tersendiri kepada operasional koperasi
tersebut. Koperasi juga bukan seperti korporasi – korporasi lainnya di
Indonesia yang memiliki akses mudah dalam hal pembiayaan dari bank khususnya
untuk membantu biaya pemasaran koperasi tersebut dan KUR sebagai produk Koperasi
dan UKM. Disini juga akan dijelaskan produk KUR yang kurang dapat
disosialisasikan karena beberapa terkendala. Bagi bank – bank pemberian kredit
kepada masyarakat akan memberikan keuntungan terbesar bagi bank yang memberikan
kredit dibandingkan produk bank lainnya sehingga perlu dibahas agar kita
sebagai mahasiswa juga mengetahui langkah kedepannya bagaimana jika suatu saat
nanti kita adalah bagian dari kepemimpinan Koperasi dan UKM di masa mendatang.
Direktur
Bisnis UMKM Bank Rakyat Indonesia menyebutkan anggapan margin bunga skema
kredit usaha rakyat (KUR) tinggi, sebenarnya relatif. Terkait dengan
pengelolaan kredit mikro, perbankan memang butuh infrastruktur dan sumber daya manusia
yang lebih banyak, itulah yang membuat adanya cost. Cost tinggi, itu karena
beban biaya di Jakarta sampai Boven Digul sama, kita gaji karyawan sama,
teknologi sama yang dikontrol dari pusat, inilah biaya yang berat. Koperasi
memiliki biaya besar yang ditanggung untuk salurkan kredit kepada kelompok
mikro. Hal itu wajar dilakukan di sejumlah negara yang memiliki kebijakan
pembiayaan mikro, atau keuangan mikro. Pelaku mikro itu kultumya berbeda dengan
korporasi, kalau korporasi orang atau pengusahanya sudah biasa datang ke bank
mengonsultasikan. Untuk mikro itu kita datangi, jumlah kredit yang disalurkan
tak besar, katakan Rp 10 jutaan. BRI selama ini bisa hidup tanpa menggunakan
anggaran APBN dengan berusaha sendiri, perbankan plat merah itu ke depan tetap
berupaya menyalurkan KUR agar optimal ke masyarakat. Ada masalah memang di KUR,
dengan kira-kira 50 ribu pegawai, terutama untuk kredit mikro. Untuk
sosialisasi ke nasabah tidak semuanya seperti yang diinginkan. Akhirnya ada
anggapan beberapa orang beranggapan bahwa untuk mendapatkan KUR sulit. Artinya
kepada siapa, di mana nilai kredit disalurkan kepada nasabah. Misalnya, untuk
penyaluran Rp 10 miliar dengan nasabah KUR berarti ada 1.000 nasabah yang harus
dilayani. Kalau melayani kredit korporasi, bisa hanya 1 akun. Di posisi model
begitu, tentu butuh pencatatan, over heat atau cost dan harus diakui mahal.
Tapi hal ini sangat relatif, jangan diihat angkanya. Bayangkan beli aqua botol
di Jakarta Rp 3.000 sedangkan di Banda Rp 9.000.
Hal
– hal mengenai prioritas mikro seperti berikut : Pertama, soal aksesibilitas,
keterjangkauan, pelaku usaha mikro itu tak mobile, kelompok pengusaha mikro
tentu merasa berat kalau harus keluar masuk perbankan. Tak mungkin meninggalkan
pekerjaan. Perbankan harus punya SDM yang perlu dikejar, sejauh mana bank
mengembangkan outlet mendekati mereka. Semakin akses ke sana (pelaku usaha
mikro) berarti memenuhi kebutuhan mikro, kedua adalah simplicity atau
kemudahan. Kelompok usaha mikro harus dapat pelayanan proses pengajuan kredit
dipermudah. Ketiga adalah efisiensi, kalau dipermasalahkan bunga, itu
sebenarnya relatif. Ia mencontohkan usaha pertanian komoditas jagung dengan 1
hektare, petani butuh ongkos bibit, pupuk, katakanlah, Rp 4,5 juta per hektare.
Kalau panen normal bisa hingga 5-8 ton, petani menjual jagung, 1 kg terendahnya
misalnya, Rp 2.000. Kalau panen dalam waktu tiga bulan dapat Rp 10 juta, itu
lebih dari 100 persen margin, Margin 33 persen per bulan, masa kalau bayar 1
bulan 1 persen mahal, kalau mahal itu jika tak bisa akses kredit, kalau, nilai
nya relatif murah. Harus ada tingkat suku bunga tertentu, agar penyaluran
kredit bisa berkelanjutan. Target pasar KUR itu adalah pengusaha yang feasible
(menguntungkan),tapi belum bankable. Kalau dengan bunga 13 persen 1 tahun,
artinya dalam satu bulan 0,63 persen margin-nya. Itulah beberapa hal
perbandingan antara koperasi dan Bank BRI dalam hal mensosialisikan KUR, sesuai
data di atas Bank BRI memiliki keuntungan dalam hal pembiayaan yang mampu
menekan biaya sedangkan bagi koperasi akan sangat sulit mendapatkan jumlah
biaya yang besar seperti pada Bank BRI. Pemerintah perlu menyusun langkah –
langkah yang tepat agar koperasi tidak kalah bersaing dengan bank – bank yang
jumlahnya sangat banyak di Indonesia.
Kementerian
koperasi dan UKM juga sudah menggandeng 15 perguruan tinggi di Indonesia. Sebanyak
15 perguruan tinggi yang turut serta bekerja sama dalam program inkubator
bisnis adalah IPB, ITS, Unibraw, UNS, UNY, Uand, USU, Unri, Unram, UNG, Unsoed,
Unhalu, UNM, Cikal USU, dan Undip. Diharapkan dengan kerjasama ini meningkatkan
pengetahuan generasi muda bangsa tentang pentingnya koperasi dalam menggerakkan
perekonomian bangsa Indonesia di masa mendatang. Banyak lulusan Diploma,
Sarjana dan Magister yang dapat dilatih untuk bekerja di Koperasi dan UKM
melalui program kewirausahaan mahasiswa. Pemerintah juga harus siap memfasilitasi
para pelaku UKM kerajinan untuk memperluas pasar ekspor melalui pameran dan
temu bisnis baik di dalam maupun di luar negeri. Pendidikan dan pelatihan harus
dibangun secara berkelanjutan tidak hanya pada tahun – tahun awal mahasiswa
atau pada tahap kelulusan mahasiswa, sehingga setelah lulus nanti mahasiswa
diharapkan sudah memiliki rencana awal bagaimana melakukan pengembangan usaha
di unit – unit koperasi yang sulit mengembangkan usahanya. Bagaimana mahasiswa
diharapkan sudah mampu bagaimana mensosialisasikan usaha koperasi kepada
masyarakat di daerah unit koperasi yang mereka targetkan, apakah itu bagaimana
memberikan kredit kepada kelompok mikro, mengawasi usaha dan sampai bagaimana
mengembalikan dana pinjaman koperasi kepada kelompok mikro.
Perguruan
tinggi juga harus bersinergis dengan pemerintah dalam hal mensosialisasikan
Koperasi dan UKM karena koperasi tidak melakukan 1 atau 2 hal saja tetapi
banyak hal yang dapat dilakukan. Tentu saja melalui seminar – seminar di kampus
dan dikembangkan dengan seminar gabungan kampus untuk membahas
mensosialisasikan Koperasi dan UKM kepada masyarakat luas. Kampus yang memiliki
basis IT juga memiliki media online seperti melalui radio dan TV kampus
sehingga memudahkan dalam hal biaya penyiaran. Mahasiswa juga sangat kreatif
memberikan pesan yang bermanfaat melalui pesan yang bagus dari media Radio juga
pesan dengan gambar yang bagus dari media TV kampus. Kementerian koperasi dan
UKM juga dapat bekerjasama dengan salah satu TV swasta dalam hal membantu
mempublikasikan kepada masyarakat luas melaui iklan masyarakat tentang koperasi
dan produknya dengan jangka waktu yang tidak terlalu cepat masa publikasinya agar
pesan dapat diingat oleh masyarakat luas. Media baca juga dapat membantu
mensosialisasikan Koperasi dan UKM dengan produk – produknya seperti koran -
koran dan majalah – majalah. Media internet juga sekarang sangat mudah di akses
tidak seperti beberapa puluh tahun yang lalu, biaya iklan juga ada yang gratis
di internet. Iklan dapat di posting ke Facebook, Twitter dan lain sebagainya
yang pengguna sosialnya banyak atau dapat membuat website sendiri dengan
kreatifitas kaum muda, dengan gaya bahasa yang muda dan modern sehingga menarik
minat kaum muda untuk ikut serta dalam usaha Koperasi dan UKM. Sistem snow ball
juga dapat diterapkan artinya melalui anggota koperasi dapat mencari anggota
koperasi lainnya apabila dibutuhkan tambahan pegawai tetapi pegawai tersebut
harus di test kemampuannya yang berkaitan dengan gambaran pekerjaan yang akan
dikerjakannya nanti apabila lulus test tersebut. Sosialisasi ke daerah – daerah
baru juga perlu dilakukan apabila banyak para pencari tenaga kerja di daerah
tersebut sehingga dapat mengurangi pengangguran di daerah tersebut.
Kesimpulannya
adalah banyak kendala dalam sosialisasi KUR yang dapat di jadikan masyarakat
sebagai usaha mikronya dan sosialisasi supaya Koperasi dan UKM serta produk –
produknya dapat diketahui masyarakat luas adalah melalui kerjasama dengan
perguruan tinggi di Indonesia, seminar – seminar, sistem snowball, menggunakan
media massa (TV, Koran, Majalah dan lain sebagainya) dan Internet.
Sumber
– sumber :
- http://indonesia.go.id/in/kementerian/kementerian/kementerian-negara-koperasi-a-ukm/485-ukm/11750-kemenkop-gandeng-15-perguruan-tinggi-di-indonesia.html
- http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1103:sosialisasi-kur-temui-kendala&catid=54:bind-berita-kementerian&Itemid=98
No comments:
Post a Comment