ROI GONZALES SILALAHI: SIKAP KONSUMERISME DAN HEDONISME SETIAP LIBURAN

Logo Gunadarma

Logo Gunadarma

Wednesday 5 December 2012

SIKAP KONSUMERISME DAN HEDONISME SETIAP LIBURAN


Banyak orang sering kali menjadi konsumerisme dan hedonisme secara sadar dan tidak sadar. Banyak hal yang mengakibatkan seseorang menjadi lebih gampang untuk membeli sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkannya. Salah satunya adalah merasa tidak cukup/tidak puas atas apa yang sudah dia miliki saat ini yang masih berguna tidak ada kerusakan, namun merasa iri terhadap orang lain yang memiliki trend yang lebih baru atas sesuatu barang seperti Tas, Sepatu dan lain – lain, padahal mungkin saja orang lain tersebut memang membutuhkannya karena yang lama sudah rusak atau bisa juga memang memiliki sifat konsumerisme yang tinggi juga, yang tidak sepatutnya kita tiru sifat orang lain yang tidak kita butuhkan sebenarnya. Apalagi seseorang mengetahui tentang hari libur, dimana setiap tempat pembelanjaan menawarkan produk – produk terbarunya yang juga memberikan diskon sebagai cara memikat konsumen agar tertarik membeli produk yang ditawarkan seperti di mall dan tempat perbelanjaan lainnya.
Biasanya sifat konsumerisme dan hedonisme ini berada pada level menengah keatas yaitu seperti karyawan, manajer dan lain – lain. Menjelang hari libur masyarakat sudah dibiasakan untuk membelanjakan lebih uangnya daripada bulan – bulan sebelumnya. Cara – cara yang dilakukan melalui iklan, brosur, face to face dan lain – lainnya, yang dilakukan pihak pemasaran suatu perusahaan. Seseorang yang memiliki sifat hedonisme adalah pribadi satu orang saja, tapi ternyata ada juga suatu kelompok tertentu yang memiliki sifat knosumerisme yang tinggi dan hedonisme yang sama, hal ini memiliki dampak negatif karena kelompok ini tentunya akan selektif dalam memilih teman baru mereka serta dapat menjadi contoh bagi kelompok yang tidak hedonisme awalnya menjadi sama – sama hedonisme. Bahanya bila sifat ini tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah bagi pribadi yang masih sendiri dan masalah bagi pribadi yang memiliki keluarga dimana ada kebutuhan prioritas yang harus diutamakan seperti makanan, pakaian dan kesehatan.
Konsumerisme dan hedonisme yang dibiarkan terus menerus kita lakukan dalam kehidupan kita akan menguasai diri kita dan sulit untuk melepaskan sifat buruk ini. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menghindari atau mengobati sifat buruk ini. Hal – hal yang perlu kita lakukan seperti jarang mengunjungi tempat – tempat perbelanjaan mewah, tidak bergaul dengan teman – teman yang sifatnya konsumerisme, melakukan aktifitas sendiri atau bareng teman atau dengan keluarga contohnya rajin membersihkan rumah, menanam tumbuhan di pekarangan, dan lain – lain. Ketika kita jarang mengunjungi tempat perbelanjaan mewah, maka kita akan tidak terbiasa atau tergiur akan barang – barang yang tidak kita butuhkan. Harus pintar membeli barang yang dibutuhkan, nyaman, murah dan tahan lama adalah spesifikasi yang baik ketika membeli barang. Bersama teman atau keluarga yang melakukan kegiatan positif akan lebih berguna bagi diri sendiri/kelompok/keluarga apalagi kegiatan tersebut bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya.
Sejak dini harus ditanamkan pada diri kita untuk hidup berkecukupan. Hidup berkecukupan bukan berarti setiap harinya kita bermalas – malasan menerima situasi dan kondisi yang akan datang tanpa berusaha kerja – keras. Hidup berkecukupan dan kerja keras dalam hal apapun akan menjauhkan sifat konsumerisme dan hedonisme yang ada di lingkungan kita dimanapun kita berada. Kerja keras dan hidup berkecukupan akan membangun sifat untuk membantu sesama yang benar – benar membutuhkan pertolongan kita. Ini bukan berarti salah dalam hal kaya raya, tapi apa pun yang kita miliki apakah banyak atau sedikit, berkecukupan atau berkekurangan, kita syukuri sebagai hal yang Tuhan sediakan. Penulis mohon maaf apabila ada kata – kata yang kurang berkenan kepada pembaca. Saran dan kritik sangat dibutuhkan untuk membangun setiap penulisan berikutnya. Terima kasih.

No comments:

Post a Comment