Roi Gonzales
Silalahi
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013/2014
JAKARTA
1.
Identitas
Artikel
a.
Judul
ANALISIS
DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA, KEMISKINAN DAN
KETIMPANGAN ANTARWILAYAH DI
PROVINSI PAPUA
b.
Penulis :
Ida Ayu Purba Riani dan M. Pudjihardjo
c.
Jurnal : Bumi Lestari
d.
Volume : 12
e.
Tahun : 2013
f.
Nomor : 1
g.
Hal :
137-148
2.
Pendahuluaan
a.
Motivasi
Provinsi Papua merupakan aset
nasional yang agak terbengkalai penanganannya, tetapi sekaligus merupakan aset
simpanan untuk keperluan masa depan bangsa dan negara.
b.
Tujuan
Mendeskripsikan dan menganalisis dampak dari kebijakan
pemekaran daerah terhadap kenaikan pendapatan per kapita, penurunan kemiskinan
dan ketimpangan pendapatan antarwilayah.
3.
Tinjauan
Pustaka dan Hipotesis
a.
Tinjauan Pustaka
1)
BPS Papua. 2010a.
Produk Domestik Regional Menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Tahun 2004-2008.
Biro Pusat Statistik Provinsi Papua, Jayapura.
2)
BPS Papua. 2010b. Daerah Dalam Angka. Biro
Pusat Statistik Provinsi Papua, Jayapura.
3)
Brata, G. 2008, Pemekaran
Daerah di Papua: Kesejahteraan Masyarakat vs. Kepentingan Elit. Fakultas
Ekonomi/Pusat Studi Kawasan Indonesia Timur, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
4)
Darmawan. 2007. Studi
Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah 2001-2007. Penerbit BRIDGE (Building and
Reinventing Decentralised Governance), Jakarta.
5)
Dawood, T.C. 2007. Pemekaran
Daerah dan Dampaknya Terhadap Alokasi Anggaran Untuk Pelayanan Publik.
Policy Paper, Aceh Recovery Forum, Aceh.
6)
Do Carmo, O.J., and Martinez-Vazquez, J. (2001). Czech Republic
intergovernmental fiscal relations in the transition Europe and Central Asia.
Poverty Reduction and Economic Management Series, World Bank Technical Paper,
(517).
7)
Hafizrianda, Y. 2007. Dampak Pembangunan Pertanian Terhadap Distribusi
Pendapatan dan Perekonomian Regional Provinsi Papua: Suatu Analisis Sistem
Neraca Sosial Ekonomi. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
8)
Hafizrianda, Y.
2010. Potensi Dan Identifikasi Pengembangan Produk Unggulan Usaha Rakyat Di Provinsi
Papua. Makalah disampaikan dalam Pembukaan Kuliah Umum Universitas
Cenderawasih Tanggal 18 Agustus 2010, Auditorium Universitas Cenderawasih,
Jayapura.
9)
Hofman, B.,
Fitrania; F., and K. Kaisera. Unity in diversity? The creation of new local
governments in a decentralising Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic
Studies, 41(1): pp. 57-79.
10) Juwaini, J, 2008. Pemekaran
Daerah Untuk Kesejahteraan Masyarakat. www.dpr.go.id, Diakses tanggal 10
April 2008.
11) O’Dwyer, C. (2006). Reforming
regional governance in East Central Europe: Europeanization or domestic
politics as usual. East European Politics and Societies, 20(2), 219-253.
12) Percik. 2007. Proses dan
Implikasi Sosial-PolitikPemekaran: Studi Kasus di Sambas dan Buton. USAID
Democratic Reform Support Program (DRSP) dan Decentralization Support Facility
(DSF), Jakarta.
13) PKP2AI. 2004. Evaluasi Kinerja
Pembangunan Pra Dan Pasca Pemekaran Wilayah : Studi Kasus Kabupaten Tasikmalaya.
Pusat Kajian Dan Diklat Aparatur, Lembaga Administrasi Negara, Bandung.
14) Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional
Teori dan Aplikasi. Baduose Media. Padang.
15) 148Suebu, B. 1995. Pembangunan
berkelanjutan untuk siapa ?. Dalam Otonomi Daerah, Peluang dan Tantangan 2002. Prociding
: Hasil diskusi terbatas memperingati sewindu Suara Pembaharuan dan HUT ke 50
Republik Indonesia. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
16) Suebu. B. 2007. Kami Menanam,
Kami Menyiram, Tuhanlah yang Menumbuhkan ; Tahun Pertama Kepemimpinan
Gubernur dan Wakil Gubernur , Barnabas Suebu,SH dan Alex Hesegem, SE, 25 Juli
2006 – 25 Juli 2007. Pemerintah Provinsi Papua, Jayapura.
17) Swianiewicz, P. 2002. Consolidation
or Fragmentation? The Size of Local Governments in Central and Eastern Europe.
Local Government and Public Service Reform Initiative, Open Society Institute
Budapest, Budapest.
18) Tarigan, A. 2010. Dampak
Pemekaran Wilayah. Perencanaan Pembangunan, 16(01): 34-41.
19) Tiebout, C.M. 1956. A Pure Theory
of Local Expenditures. The Journal of Political Economy. 64(5): pp.
416-424.
b.
Hipotesis
1. Di satu sisi bisa
dilihat bahwa Papua sudah memasuki abad baru yang ditandai dengan kehadiran
birokrasi modern, penggunaan teknologi informasi, dan kegiatan-kegiatan ekonomi
uang yang merupakan bagian dari ekonomi global, serta sudah memiliki berbagai
perguruan tinggi negeri maupun swasta.
2. Tetapi di sisi
lain, masih banyak masyarakatnya yang hidup dalam kebudayaan subsisten yang
tradisional dan terisolasi, sebagian penduduknya ada yang masih buta huruf.
4.
Metode
Penelitian
a.
Jenis Penelitian : Perpustakaan dan Dokumenter
b.
Metode Analisis : t-test equal mean
5.
Hasil
Analisis
a)
Untuk menolak
hipotesa terdapat perbedaan rata-rata pertumbuhan pendapatan per kapita (LP)
antara sebelum dan sesudah pemekaran, dengan kata lain pada tingkat kepercayaan
95% dapat dinyatakan bahwa rata-rata pertumbuhan pendapatan per kapita diantara
kondisi sebelum dan sesudah terjadi pemekaran adalah sama. Dapat
digeneralisasikan bahwa kebijakan pemekaran daerah tidak mempunyai dampak
terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita, yang sekaligus juga dapat dikatakan
tidak mempengaruhi tingkat kesejahteraan penduduk di Provinsi Papua.
b)
Untuk menerima hipotesa bahwa ratarata tingkat
kemiskinan di desa sebelum dan sesudah pemekaran wilayah adalah sama atau tidak
berbeda. Dengan demikian dapat digeneralisasikan bahwa kebijakan pemekaran
wilayah di Provinsi Papua tidak mempengaruhi tingkat kemiskinan di desa
c)
Diputuskan untuk mengatakan bahwa varians diantara
kondisi sebelum dan sesudah pemekaran adalah berbeda atau tidak sama. Oleh
karena probabilitanya lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa pada
tingkat kepercayaan 95% tidak ada perbedaan rata-rata tingkat ketimpangan
antarwilayah pada kondisi sebelum dan sesudah pemekaran wilayah.
6.
Simpulan dan Saran
a.
Simpulan
1. Kebijakan pemekaran
daerah tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan pendapatan per kapita.
2. Ada indikasi yang
kuat dan signifikan bahwa pemekaran daerah mempunyai pengaruh terhadap
penurunan tingkat kemiskinan di daerah kota. Secara keseluruhan pemekaran
daerah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tingkat kemiskinan
di Provinsi Papua.
3.
Kebijakan pemekaran
daerah di Provinsi Papua hanya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Papua.
b.
Saran
1.
Perlu adanya
perumusan ulang kebijakan pemekaran yang tidak semata terbatas pada perumusan
pasal-pasal yang terkait dengan kelayakan, dan proses pemekaran tetapi juga
kebijakan yang mampu untuk memenuhi tuntutan masyarakat. Karena dengan
melakukan pemekaran membutuhkan biaya ekonomi dan politik yang mahal, artinya,
perlu dirumuskankebijakan alternatif di luar pemekaran yang bisa memenuhi
tuntutan masyarakat.
2.
Memberikan peran
yang lebih besar kepada masyarakat untuk menentukan pemekaran ataupun
penggabungan atas dasar informasi yang komprehensif tentang implikasi positif
dan negatif pemekaran daerah bagi pelayanan publik.
3.
Jika kinerja
perekonomian maupun keuangan daerah otonom baru cenderung menurun, perlu adanya
kebijakan penggabungan kembali dengan daerah induk, atau penggabungan dengan
DOB yang lain. Selain itu jika keinginan untuk pemekaran daerah yang dimotivasi
oleh tuntutan pembangunan ekonomi di suatu wilayah, pemerintah bisa
mensikapinya dengan memeratakan pembangunan ekonomi, atau bila sesuai dengan
parameter yang ada, dengan menetapkannya sebagai kawasan khusus dalam
pembangunan ekonomi. Dengan demikian pemerintah daerah akan lebih fokus untuk
melaksanakan pembangunan di daerah yang dimaksud.
Sumber : http://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/view/1544/895
No comments:
Post a Comment